Pengertian dan Contoh Sinonim, Antonim, Homonim Terlengkap

Sinonim, antonim, homonim,homofon, homograf, dan polisemi atau yang sering kita sebut Relasi Makna dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Prinsip Relasi makna atau hubungan makna adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata, frase, klausa atau kalimat dengan kata, frase, klausa, atau kalimat lainnya.

Pengertian dan Contoh Sinonim, Antonim, Homonim Terlengkap


Sinonim, Antonim, Homonim, homofon, homohraf, polisemi, dan hiponim


Hubungan tersebut berbentuk sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf, polisemi, dan hiponim. Seperti apa penjelasan dan contohnya? Yuk kita simak ulasannya di bawah ini :

1. Sinonim

Sinonim dapat berarti memiliki makna yang sama atau hampir sama yang sering, tetapi tidak selalu dapat saling menggantikan dalam kalimat (Yudi Cahyono, 1995: 208). Asal kata Sinonim yaitu dari bahasa Yunani Kuno “syn” yang berarti dengan dan “onomo” yang berarti nama.

Sinonim juga Jazim disebut dengan istilah padanan kata. Menurut Verhaar dalam Muliastuti (2003: 2.2) sinonim merupakan ungkapan (dapat berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Baca Juga : Bagian-Bagian Surat Beserta Penjelasan & Contohnya (Lengkap)
Pengertian kesamaan makna tersebut tidak harus sama secara utuh. Sebuah kata yang digunakan dalam kalimat tertentu belum tentu cocok digunakan dalam kalimat lain. Misalnya, kata mati dan tewas.

1) Ayam piaraannya mati semua.
2) Keluarganya tewas dalam musibah tanah longsor.

Kata mati dalam kalimat (1) tidak cocok digunakan dalam kalimat (2), begitu sebaliknya kata tewas tidak cocok digunakan dalam kalimat (1).

Kata mati digunakan untuk mengacu pada makhluk yang sudah tidak bernyawa, seperti: manusia, binatang, dan tanaman. Sedangkan kata tewas digunakan untuk mengacu pada makna 'tak bernyawa' yang terjadi dalam peperangan, bencana, dan kecelakaan.

Contoh lain adalah kata berkaca dan bercermin dalam kalimat :

3) Mobil barunya berkaca gelap.
4) Wina sedang bercermin di kamarnya.

Kata berkaca dalam kalimat (3) dapat dan cocok digunakan dalam kalimat (4), tetapi kata bercermin tidak cocok digunakan dalam kalimat (3).

Ketidakcocokan penggunaan kata dalam kalimat yang lain sesuai dengan prinsip dalam semantik yang bunyinya bahwa apabila bentuk berbeda maka maknanya pun akan berbeda. Selain karena perbedaan bentuk, ada beberapa faktor yang menyebabkan kata-kata yang bersinonim tidak selalu dapat menggantikan, yaitu:
  • Perbedaan waktu 
Contoh: Kata hulubalang bersinonim dengan komandan.

Kata hulubalang hanya cocok digunakan dalam situasi masa lampau, sedangkan kata komandan cocok digunakan dalam situasi saat ini.
  • Perbedaan daerah atau tempat
Contoh: Kata lu bersinonim dengan kata kamu

Kata lu hanya digunakan di daerah Betawi/Jakarta, sedangkan kata kamu dapat digunakan secara umum.
  • Sosial 
Contoh: Kata aku bersinonim dengan kata saya.

Kata aku digunakan dalam percakapan antara teman sebaya yang status sosialnya sejajar, sedang kata saya digunakan dalam percakapan dengan orang yang lebih tua usianya atau lebih tinggi kedudukan sosialnya.
  • Nuansa Makna 
Contoh: Kata mengambil bersinonim dengan merampas.

Kata mengambil mempunyai nuansa makna yang lebih halus daripada merampas. Kata merampas hanya cocok untuk kegiatan mengambil sesuatu dengan cara paksa.

2. Antonim

Kata antonim yang lazim disebut lawan kata berasal dari bahasa Yunani Kuno “onoma” yang berarti nama dan “anti” yang berarti melawan.
Baca Juga : Surat Lamaran Kerja, Cara Menulis Yang Baik & Benar Beserta Contoh
Menurut Verhaar, antonim adalah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat juga berupa frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain.

Antonim juga disebut dengan istilah oposisi makna. Ada beberapa jenis oposisi makna, yaitu: oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarki, dan oposisi majemuk.
  • Oposisi mutlak 
Kata-kata yang beroposisi mutlak adalah kata-kata yang memiliki pertentangan secara mutlak.

Contoh:
- laki-laki dengan perempuan
- hidup dengan mati

Laki-laki pasti bukan perempuan, dan perempuan pasti bukan laki-laki. Bila hidup pasti tidak mati, dan bila mati pasti tidak hidup.
  • Oposisi kutub
Kata-kata yang beroposisi kutub adalah kata-kata yang pertentangan tidak mutlak.
Contoh:
- pandai dengan bodoh
- tinggi dengan rendah

Pertentangan tersebut tidak mutlak karena di antara pandai dan bodoh ada agak pandai, agak bodoh, sangat pandai dan sangat bodoh. Di antara tinggi dan rendah ada agak tinggi. agak rendah, sangat tinggi, sanga rendah.
  • Oposisi hubungan 
Kata-kata yang beroposisi hubungan adalah kata-kata yang pertentangannya saling berhubungan. Maksudnya, kehadiran satu kata mengakibatkan munculnya kata lain yang mempunyai hubungan.
Contoh:
- dosen dengan mahasiswa
- penjual dengan pembeli

Kata dosen muncul karena ada kata mahasiswa, begitu sebaliknya, kata mahasiswa muncul karena ada kata dosen. Kata penjual muncul karena ada kata pembeli, begitu juga kata pembeli muncul karena ada kata penjual.
  • Oposisi hierarki 
Oposisi hierarki artinya lawan kata yang berupa nama satuan hitung, satuan ukuran (panjang, berat, isi), penanggalan, nama jabatan atau kepangkatan, dan sebagainya.

Contoh:
- gram dengan kuintal
- sersan dengan jenderal.
  • Oposisi majemuk 
Kata-kata yang beroposisi majemuk adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata, tetapi dengan dua buah kata atau lebih.

Contoh:
jelek dengan baik, bagus, cantik, manis

3. Homonim

Kata homonim berasal dari bahasa Yunani Kuno “onoma” yang berarti kata dan “homos” yang berarti sama. Homonim berarti kata lafal dan ejaannya samayang sama, tetapi maknanya berbeda.

Contoh :
- Hak asasi manusia
- Hak sepatu wanita

- Bisa ular belang itu sangat berbahaya
- Dia pasti bisa melakukannya

4. Homofon
Homofon adalah kata yang memiliki lafal yang sama, tetapi ejaan dan maknanya berbeda.

Contoh:
- Masa dan massa
- Sanksi dan sangsi

5. Homograf

Homograf adalah kata yang sama ejaannya, tetapi lafal dan maknan berbeda.

Contoh:
- Mobil sedan Pak Bupati berwarna merah
- Anak laki-laki kecil itu menangis sedu-sedau.

6. Polisemi

Polisemi adalah satuan bahasa yang berbentuk kata atau frase yang bermakna lebih dari satu.

Contoh:
(1) Mangga arumanis yang bergelantungan itu sudah matang.
(2) Adiknya berusia 25 tahun, sudah matang untuk menikah.

Kata matang pada kalimat (1) bermakna sudah tua dan sudah waktunya untuk dipetik. Pada kalimat (2), kata matang mempunyai arti sudah dewasa. Dengan demikian kata matang memiliki makna lebih dari satu, dan makna tersebut masih berdekatan.

Menurut Pateda, terjadinya polisemi karena beberapa faktor

Faktor gramatikal

Contoh: dengar
Kata dengar yang dapat berubah makna menjadi alat untuk mendengarkan jika bergabung dengan imbuhan pe-an, dan dapat pula bermakna orang yang mendengarkan jika bergabung dengan awalan pe-

Faktor leksikal, dapat bersumber dari:
  • Sebuah kata mengalami perubahan pemakaian dalam bahasa yang mengakibatkan munculnya makna baru. 
Contoh: mogok
Kata mogok yang artinya tidak dapat berjalan atau (bekerja) sebagaimana biasanya (tentang kendaraan), namun sekarang berkembang menjadi mogok kerja, mogok makan, mogok belajar.
  • Digunakan pada lingkungan yang berbeda 
Contoh: operasi
Kata operasi di dunia kedokteran bermakna melakukan pengobata penyakit dengan membedah bagian tubuh, sedangkan di lingkungan pelaku kejahatan, bermakna sedang melakukan kejahatan (mencopet, menodong).
  • Karena metafora 
Contoh: kaki
Kata kaki bermakna anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan. Kata tersebut digunakan sebagai metafora menjadi kaki bukit, kaki rumah.
  • Faktor pengaruh bahasa asing 
Contoh: item
Kata item sudah sering digunakan sebagai pangganti kata butir.
  • Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata 
  • Faktor bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik perubahan bentuk maupun perubahan makna 


7. Hiponim

Hiponim berasal dari kata berbahasa Yunani Kuno yaitu “onoma yang berarti nama dan “hypo” yang berarti di bawah. Dengan kata lain, hiponim adalah hubungan antara makna spesifik (khusus) dan makna generic (umum) atau antara anggota taksonomi, misalnya anjing, kucing, dan kambing merupakan hiponim dari hewan.

Hiponim juga dapat didefinisikan sebagai ungkapan (kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna ungkapan lain.

Contoh :
Kata mangga, rambutan, durian, dan jambu merupakan hiponim dari buah. Bila nama-nama itu disebut, kita sudah tahu, bahwa nama-nama tersebut adalah nama buah-buahan. Kata buah merupakan superordinat dari mangga, rambutan, durian, dan jambu.

Penutup

Nah, itulah ulasan mengenai Sinonim, antonim, homonim,homofon, homograf, dan polisemi atau yang sering kita sebut Relasi Makna. Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat, sekian dan terima kasih.

Belum ada Komentar untuk "Pengertian dan Contoh Sinonim, Antonim, Homonim Terlengkap"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel