Contoh Cerpen Tentang Perjuangan Meraih Mimpi & Cita-Cita

Cerpen atau cerita pendek, yaitu sebuah cerita yang berbentuk prosa fiksi atau imajinasi dari pengarang. Cerpen biasanya dibaca sekali duduk, artinya cerpen tidak menggunakan kata yang banyak. Biasanya cerpen pun hanya memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.

Dibawah ini merupakan contoh cerpen yang bertema peristiwa perjuangan dalam menggapai impian untuk kesuksesan. Untuk lebih lengkapnya mari simak ceritanya berikut ini :

Contoh Cerpen Tentang Perjuangan Meraih Mimpi & Cita-Cita

Contoh Cerpen Tentang Perjuangan Meraih Mimpi & Cita-Cita     

Hilang Tanpa Harapan

                 Abdullah adalah seorang anak kecil yang mungil dan juga lugu. Dia tinggal bersama kedua orang tuanya. Saat  akan pergi ke rumah pamannya di desa sebrang,  ia berpapasan dengan salah satu anggota TNI yang menjaga daerah perbatasan di desanya.  TNI  itu tersenyum kepadanya dan ibunya.  Lalu ia bertanya pada Emaknya.

                 "Siapakah dia Mak?" tanyanya sambil melihat wajah sang Emak.
                 "Dia adalah pasukan  TNI nak,  yaitu Tentara Nasional Indonesia.  Ada apa? " jawab sang Emak.
                 "Aku ingin menjadi sepertinya Mak. Dia baik,  dia menjaga kawasan kita. Dia juga terlihat ramah Mak." Tuturnya pada sang Emak.

                 "Emak hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu nak,  kamu mau jadi seperti apa dan siapa, kamu yang menentukan sendiri nantinya.Itu rumah paman, (sambil menunjuk ke salah satu rumah yang berwarna kuning dipaling pojok)  kita sudah sampai. "

                 "Iya Emak , ayoooo Mak cepat kesana " (Abdullah berlari sambil berjingkrak -jingkrak menyambut pertemuan nya dengan sang paman).

Baca Juga : Contoh Teks Cerita Sejarah (Cerpen) Terbaru

                Sesampainya dirumah pamannya,  ia masuk dan berbincang dengan paman serta bibinya. Setelah itu ia keluar untuk mencari angin segar.  Wajah sang anggoaa TNI terngiang - ngiang dikepalanya lalu ia membayangkan kelak dia bisa menjadi sepertinya.

                Suatu hari Abdullah akan berangkat sekolah,  dia sudah menamatkan pendidikan sekolah dasarnya dengan baik di daerahnya dan sekarang menjadi siswa MTS N  1 Keude Kreung Geukeuh.  Ia termasuk siswa yang rajin dan juga pandai.Ia selalu masuk dalam peringkat 5 besar disekolahnya.  Setelah lulus dari MTS,  ia kemudian melanjutkan sekolah di  SMA N 1 Lancang Barat dan masih mampu mempertahankan restasinya sampai di jenjang SMA nya itu. Namun, saat memasuki semester ke lima nilainya tiba - tiba menurun karena dia terlalu sibuk dengan acara OSIS dan ia lupa untuk belajar. Nilai ulangannya beberapa berada dibawah batas tuntas.

Saat pulang kerumah, ia meletakkan hasil nilainya itu dimeja belajarnya seperti biasa yang ia lakukan. Emaknya selalu mengeceknya ketika hasil ulangannya keluar. Dan saat pagi hari setelah Abdullah berangkat sekolah, Emaknya masuk ke kamarnya dan mengecek nilai - nilai ulangan anaknya itu. Namun tak disangka, nilai yang biasanya mendekati angka sempurna tapi kini yang dilihatnya adalah nilai berwarna merah. Emaknya merasa heran dengan nilai anaknya itu. Seharian Emaknya memikirkan hal hal yang mungkin membuat nilai anaknya turun. Didalam benaknya ia bertanya - tanya  "Apakah Emak  yang salah? apakah Emak terlalu menekannya? apakah  Emak kurang memperhatikannya akhir - akhir ini?" Ia mulai merasa tak karuan.

                  Sesampainya Abdullah dirumah,ia langsung menemui Emakya. Ia tahu Emaknya  pasti telah membaca nilai merahnya itu.  Dan sekarang ia sudah siap untuk mendapatkan nasihat dari Emaknya itu.

                  Abdullah kemudian mmenghampiri Emaknya yang sedang duduk dimeja makan sambil mencium telapak tangannya. Emaknya kemudian menyuruhnya duduk.
"Dul kenapa nilaimu merah begini?" tanya sang Emak sambil menyodorkan  kertas berisikan tulisan nilai berwarna merah itu.

                 "Maafin Abdul Mak,  Abdul tidak belajar waktu mau ulangan. " Jawab Abdul  seadanya dan mulai menundukkan kepala.

                 "Kenapa nak?" tanya sang Emak kembali.

                 "Abdul kecapean Mak waktu itu,  Abdul terlalu sibuk dengan acara OSIS yang jadi tugas terakhir Abdul. Maafin Abdul Mak." Jawabnya, sambil kemudian mulai menurunkan lututnya ke tanah  dan mencium tangan Emaknya.

                 "Ya sudah nak,  jangan kau ulangi lagi macam hal ini. Emak maafiin Abdul, sekarang makan lalu mandi! " Lalu Emaknya keluar rumah untuk menghilangkan rasa penatnya hari ini.

                 Sedari SMP Abdul memang selalu masuk kedalam Organisai siswa itu karena membuatnya belajar banyak. Disana,  ia mendapatkan berbagai pengalaman yang tak tertandingi baginya.

                 Hari - harinya ia lewati dengan penuh syukur atas nikmat yang telah diberikan.  Kegiatan setiap hari sepulang sekolah ialah berolahraga.  Cita - citanya yang masih ia genggam erat sedari kecil menjadikannya gigih berlatih baik fisik maupun yang lainnya.

                 Sore hari,  ketika ia sampai dirumah setelah pulang sekolah, ia masuk ke rumah dan kemudian mencium tangan Emak dan Abinya.  Ya,  mungkin Abdul memang harus bersyukur karena kedua orang tuanya masih ada bersamanya walaupun keadaan ekonomi mereka masih dianggap kurang.  Ia tak mempermasalahkannya.

                 Setelah tiga tahun lamanya,  besok adalah saat yang menentukan bagi dirinya dimana ia harus bertempur menghadapi soal - soal materi yang telah ia peroleh selama belajar 3 tahun di SMA nya itu. Sekarang ia sedang duduk bersama Emaknya di depan rumah sambil mengobrol.

                 "Mak kalau besok nilai Abdul bagus,  Abdul mau daftar jadi TNI ya Mak?" tanyanya pada sang Emak.

                 "Apa kamu mengerti nak sulitnya lolos seleksi untuk menjadi anggota TNI itu?" Jawabnya sembari mengingatkan.

                 "Abdul paham Mak.  InsyaAllah Abdul  akan berjuang keras untuk bisa lolos seleksi itu Mak.  Selama ini juga Abdul sudah berlatih apapun yang bisa Abdul lakukan." Jawabnya memantapkan hati sang Emak.

                 "Terserahmu saja. Emakmu ini hanya bisa mendoakan  yang terbaik untukmu. Jawabnya dengan nada pasrah.

                 "Iyo Mak, Abdul paham. Abdul akan berjuang yang terbaik untuk Emak sama Abi." Ucapnya.

                 Setelah obrolannya itu selesai,  ia masuk kedalam kamar dan mulai membaca tulisan demi tulisan yang harus ia pelajari untuk persiapan ujiannya besok. Setalah seminggu lebih lamanya ia melewati hari - hari yang menegangkan itu,  kini ia sudah terbebas dari semua pelajaran.  Di sekolah ia hanya  bermain - main dengan temannya sembari memikirkan kemana ia selanjutnya akan melangkah.  Banyak diantara teman - temannya yang akan melanjutkan  kuliah di universitas - universitas terbaik di Indonesia seperti UI,  ITB, UGM dan yang lainnya.  Namun bagi dirinya,  itu tidak cukup menarik untuk menjadi pilihannya.  Walaupun guru - guru disekolahnya juga menyarankannya untuk melanjutkan kuliah karena melihat nilai raport nya yang selalu bagus dan mendapat peringkat dikelasnya.

                Hari ini,  hari yang saat iya tunggu dimana nilai ujian akan keluar dan menentukan kelulusannya.  Ia tahu persis bahwa untuk menjadi seorang TNI nilainya hanya perlu diatas standar KKM yaitu 75, namun baginya iya harus melampui nya agar memudahkannya dalam mengejar cita - citanya itu.  Ya setelah menunggu beberapa jam lamanya,  tiba saatnya pengumuman itu tiba.  Tak disangka iya mendapat nilai 55 dari nilai total 60 dan mendapat peringkat 3 terbaik jurusan IPA disekolahnya.  Sungguh prestasi yang luar biasa baginya.  Tanpa disadari,  kini ia terduduk lalu bersujud syukur atas apa yang telah Allah anugerahkan kepadanya.

                 Sesampainya dirumah,  ia langsung memanggil - manggil Emak dan Abinya untuk berbagi kebahagiaan yang ia dapatkan siang ini.

                 "Abi,  Emak alhamdulillah nilaiku bagus. Aku mendapat nilai 55 dari 60 Mak.  Dan yang ngga aku sangka Mak,  aku mendapat peringkat 3 terbaik disekolahku Mak. " Ucapnya kepada kedua orangtuanya.

                 Emaknya terharu bukan main atas prestasi yang didapatkan anaknya itu.  Kemudiam Emaknya langsung memeluknya dengan dekapan yang kuat.

                  "Abdul kamu memang yang terhebat.  Kamu anak Emak satu - satunya.  Kamu selalau membanggakan Emakmu ini.  Maafkan Abi sama Emak yang ngga bisa menuhin semua kebutuhan kamu. " Ucapnya pada anak saya wayangnya itu. Air mata kini mulai menetes dibahu Abdul. Dan kini sang Abi yang kemudian mulai  memeluk nya kini.

                 " Abi bangga sama kamu nak.  Abi doakan kamu sukses ya nak,  ngga seperti Abi sama Emak yang  hanya bekerja jadi buruh tani.  "

                 "Abi, Emak,  Abdul ngga mempermasalahkan itu. Ini sudah takdir dari yang Maha Kuasa.  Sekarang Abi Sama Emak berdoa ya  buat Abdul.  Abdul mau daftar seleksi untuk menjadi seorang TNI. Abi sama Emak merestuikan keinginan Abdul? "

                 "Abi sama Emak terserah sama kamu nak.  Yang penting pekerjaan yang kamu lakukan halal dan bisa membawamu untuk hidup yang lebih baik kedepannya. Dan pesan Emak jangan pernah kamu tinggalkan sholatmu. Abi dan Emak akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. " Doanya untuk anaknya.

                 Kini ia mulai mendaftarkan dirinya menjadi prajurit negara,  yaitu TNI yang sudah ia cita - citakan  semenjak ia kecil.  Ia mengisi formulir yang ada dan kemudian mulai mempersiapkan berkas - berkas yang harus ia serahkan.  Setelah melewati itu,  kemudian ia mengikuti tes tertulis dan wawancara beberapa hari kemudian.  Setelah tes demi tes,  seleksi demi seleksi iya jalani tinggal menunggu hasil yang akan di umumkan besok.  Dia mulai resah dengan apa yang sedang dijalani. Ia takut kalau sampai ia tidak lolos.  Ia bingung harus melanjutkan apa nantinya bila ia tidak diterima sebagai TN karena ia tidak tertarik pada pekerjaan yang lainnya

              Kemudian ia menemui Emaknya untuk sekedar melepas resah dan kejenuhan pikiran dan hatinya itu.

             "Emak,  kalo semisal Abdul ngga lolos jadi seorang TNI,  apa Emak akan kecewa?  "
             "Kamu sudah berusaha yang terbaik semampumu nak.  Untuk masih hasil itu serahkan saja smaa yang Maha Kuasa." tutur Emaknya.

"Iya Emak." Setelah itu ia kembali menuju kamarnya dan sambil berpikir tentang apapaun konsekuensi yang akan ia hadapi besok.

              Dia bangun dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudhu untuk sholat subuh pagi ini.  Hati dan pikirannya masih  tak karuan memikirkan hasil yang akan keluar pagi ini.  Sebelah shalat ia kemudian mengangkat tangannya dan berdoa untuk apapun jalan yang sudah Allah tuliskan untuknya.

              Ia berangkat bersama Abi dan Emaknya menuju tempat pengumuman tes diamana cita - citanya itu akan tercapai atau hanya akan menjadi angan - anginnya saja.  Setelah beberapa panitia menempel daftar nama yang lolos seleksi menjadi TNI,  belum ada namanya disana.  Ia kemudian menunggu 2 kertas terakhir yang akan ditempel berjajar di sebelah yang lain.  Dan kemudian ia mencari - cari namanya sebelah itu ia bersujud syukur karena dalam baris atas lembar terakhir tertera namanya.  Abah dan Emaknya langsung memeluknya dan tanpa terasa  air mata kini mulai membasahi pipinya.

             Sesampainya dirumah,  ia kemudian merapikan baju  - baju yang akan dibawanya saat pelatihan menjadi anggota TNI AD itu dilakukan yaitu 3 hari kemudian.  Ia mulai melatih fisiknya lagi, setelah beberapa hari terakhir iya mulai jarang melakukannya karena terus memikirkan hasil tesnya itu.

            Tiba saatnya pelatihan itu dimulai.  Ia dididik sangat keras di markas militer itu.  Tapi dengan tekadnya menjadi TNI,  ia sanggup melewatinya.  Dan sekarang ia telah resmi menjadi seorang Tentara Negara Republik Indonesia.  Ia mendapat tugas mengamankan di Markas Kesatuan Den  Rudal 001/ Pulo Rungkom.  Sebagai anggota TNI ia dikenal sebagai sosok yang ramah,  jujur,  disiplin dan bertanggungjawab sehingga ia disegani oleh beberapa atasannya.  Ketika mendapat tugas mengamankan daerah Cut Murong,  dia dikabarkan menghilang dan menyusup ke kerumunan warga yang sedang mengadakaan acara peringatan 1 Muharram.

Kemudian pasukan militer Detasemen Rudal melancarkan operasi pencarian masif  yang melibatkan berbagai kesatuan,  termasuk Brigadir Mobil ( Brimob).  Karena insiden ini,  20 orang warga ditangkap dan kemudian disiksa kerena dituduh menyembunyikan salah satu anggota TNI itu. Warga yang ditangkap ada yang ditendang dan dipukul berkali - kali. Sampai akhirnya warga melakukan unjuk rasa dan melakukan pengrusakan terhadap markas Korem  011 serta membakar 2 sepeda motor milik TNI.  Setelah kejadian itu,  banyak warga Cot Murong mulai ketakutan dengan situasi yang ada.  Setelah itu, truk tentara dari Arhanud menembaki para pengunjuk rasa.  Kemudian mayatnya dimasukkan ke kantong dan dibuang ke dasar sungai.

                 Emaknya selalu menangis setiap hari dirumahnya atas apa yang menimpa anaknya.  Dan sampai akhirnya ia meninggal karena tak kuasa menanti anaknya itu pulang.  Dan keadaan Abdullah sendiri masih tak diketahui sampai sekarang.

Penutup

Itulah salah satu contoh cerpen yang berisi kisah seorang anak dalam perjuangannya meraih impian dan cita-citanya. Semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih.

Belum ada Komentar untuk "Contoh Cerpen Tentang Perjuangan Meraih Mimpi & Cita-Cita "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel