Corak Kehidupan Manusia Purba Masa Praaksara, Jelas Dan Lengkap

Corak kehidupan menjadi suatu ciri khas, apalagi berkaitan dengan tahapan masa kehidupan dari manusia purba. Manusia purba hidup pad masa prasejarah atau masa pra aksara. Dengan begitu pastinya mereka telah meninggalkan beberapa corak yang menjadi ciri khas tahapan masa demi masa kehidupan manusia purba. Seperti apa coraknya, mari kita simak ulasan di bawah ini mengenai corak kehidupan manusia purba :

manusia purba prasejarah
Foto : yafi20

1. Berburu dan meramu

Masa berburu dan meramu atau mengumpulkan makanan juga bisa disebut dengan food gathering and hunting period. Masa ini adalah masa ketika manusia purba bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makana yang tersedia di alam. Masa ini terjadi pada masa paleolitikum (zaman batu tua) dan bebarengan dengan dengan zaman pleistosen.

Ciri-ciri masyarakat pada masa berburu dan meramu :
  • Hidupnya bepindah-pindah (Nomaden)
  • Hidup dalam kelompok kecil
  • Hidupnya sangat bergantung pada alam
  • Masih menggunakan alat-alat sederhana dari batu, tulang, kayu, dll untuk mencari makanan dan berburu  
  • Menggunakan bahasa sederhana dengan dibantu bahasa isyarat
  • Masih terbatasnya akal pikiran
Setelah itu, masyarakat pada masa berburu dan meramu telah berhasil sedikit mengubah pola pikir mereka sehingga dapat mencapai beberapa kemampuan tambahan, diantaranya adalah :
  • Menemukan api
  • Semi sedenter ( tinggal cukup lama di suatu tempat )
  • Naluri untuk berlindung dari binatang buas, bencana alam
  • Menangkap ikan dengan cara sederhana
  • Mengenal sistem pembagian kerja, laki-laki berburu sedangkan perempuan mengurus kebutuhan makanan dan mengurus anak

2. Masyarakat bercocok tanam

Masyarakat bercocok tanam atau pertanian diperkirakan muncul pada zaman mesolitikum. Penduduknya adalah manusia homo sapiens dari rumpun proto melayu yang bermigrasi ke Indonesia. Mereka mempunyai ciri-ciri seperti :
  • Hidupnya sudah tidak nomaden ( berpindah-pindah)
  • Malakukan kegiatan bertani dan beternak 
  • Mulai menetap dan tingggal di perkampungan kecil (semi sedenter)
  • Biasanya tinggal dekat dengan sumber air
Mereka sudah mulai mengenal cara bercocok tanam meskipun masih dengan metode yang sederhana. Karena belum mengenal sistem irigasi, lading mereka masih sangat tergantung pada kesuburan tanah dan mengandalkan pengairn dengan sistem tadah hujan serta pertanian dengan sistem lading berpindah. Tradisi ini pun sekarang juga masih ada, misalnya dapat dijumpai di masyartakat pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan papua.

Baca Juga : Kumpulan Teks Pidato Hari Besar Nasional

Setelah memilih hidup menetap, memunculkan kesadaran untuk membangun aturan kehidupan bersama, misalnya dengan gotong royong. Dari sinilah mulai terbentuklah desa-desa yang masih kecil dan sederhana. Bukan hanya aturan yang diperlukan , tetapi ada juga petugas yang menjamin penegakan hukum.

Maka dipilihlah pemimpin (primus interpares) yang haurs memiliki kelebihan memimpin dan kuat secara fisik, berwibawa dan disegani, serta mampu memecahkan masalah.
Selain itu, untuk menuju kehidupan yang benar mulailah bermuculan sisitem keperccayaan yang dianut masyarakat zaman bercocok tanam. Sistem kepercayaan tersebut yaitu :
  • Animisme
Anima artinya roh, jadi animisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini baik hidup ataupun mati semuanya memiliki roh. Manusia di zaman itu berhubungan baik menghormati roh dengan melakukan pemujaan atau memberi sesaji. Bahkan mereka juga mempercayai akan adanya roh-roh yang telah meninggal, sehingga mereka sangat menghormati orang meninggal dengan memuja dan memberi sesaji.
  • Dinamisme
Dinamisme berasal dari kata “dinamos” dari bahasa Yunani yang berarti kekuatan atau daya. Jadi dinamisme yaitu suatu kepercayaan bahwa benda di sekitar manusia memiliki daya atau kekuatan ghaib. Benda yang dianggap suci dan memiliki kekuatan ghaib misalnya pusaka, lambing negara, keris ,tombak dll. Mereka mempercayai bahwa benda tersebut sejatinya bisa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, seperti dapat menyuburkan tanah, mencegah wabah penyakit dan menolak datangnya malapetaka.
  • Tetonisme
Yaitu suatu kepercayaan akan adanya kekuatan ghaib yang dimiliki oleh beberapa binatang seperti sapi, kerbau, ular, kucing, dll. Mereka bahkan mengeramatkan dan menyembah binatang tersebut.

3. Masyarakat perundagian


Perundagian berasal dari kata undagi yang berarti seseorang yang memiliki keterampilan atau ahli dalam bidang atau pekerjaan tertentu. Sehingga pada masa itu masyarakat sudah mulai bekerja pada bidang tertentu sesuai keterampilan yang dimilikinya. Masa ini dilatarbelakangi oleh kemampuan akal yang mulai maju, pengalaman ilmu pertanian dan jumlah penduduk yang semakin banyak.  Berikut merupakan ciri-ciri dari masyarakat perundagian yaitu :
  • Sudah mengenal sistem barter dalam kegiatan perekonomian
  • Sudah mengenal adanya sisitem irigasi dalam pengairan lading
Pada masa perundagian masyarakat sudah  ampu menciptakan berbagai perkakas untuk menunjang kehidupan. Pada masa itu juga manusia purba telah mengetahui tata cara dalam membuat perkakas dari logam, seperti melebur logam. Ada dua teknik yang digunakan yaitu a cire perdue (cetak tuang) dan bivalve (dua setangkup).

Terkait dengan sisitem kepercayaan pada masa perundagian , pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang semakin berkembang. Hal ini didukung  dengan adanya penemuan benda-benda dan tempat upacara.

Belum ada Komentar untuk "Corak Kehidupan Manusia Purba Masa Praaksara, Jelas Dan Lengkap"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel